Selasa, 29 November 2022

Menjadikan Krisis sebagai Sumber Motivasi

 



Tahun depan diprediksi akan terjadi krisis. Dan itu semua sudah banyak yang membahasnya, baik institusi resmi, pemerintah, maupun masyarakat umum melalui chanel youtube, atau media-sosial.

 

Tentu saja muncul ketakutan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Karena krisis akibat pandemi saja belum berakhir sepenuhnya.

 

Bagaimanapun, ekonomi menjadi tumpuan utama setiap orang dalam menopang kehidupannya. Sehingga mendengar akan ada krisis ekonomi, tentu saja muncul ketakutan di tengah masyarakat.

 

Bicara ekonomi selalu saja dihubungkan dengan masalah rezeki. Sehingga untuk menyikapi krisis ekonomi yang akan terjadi tahun depan (semoga saja tidak), maka kita harus membenahi kembali pemahaman kita tentang rezeki.

 

Sesungguhnya, manusia diciptakan lengkap dengan rezekinya. Hanya saja, kemudian manusia diberikan kewajiban untuk menjemputnya, bukan mencarinya. Tidak mungkin Allah menciptakan perut, kecuali sudah dengan isinya Firman Allah, "Dan tidak ada..sesuatu yang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya." (QS. Huud: 6)

 

Namun demikian, kita harus memahami bahwa menjemput rezeki ini membutuhkan kegigihan dalam meyakini jaminan Allah dan juga butuh kegigihan dalam menyempurnakan ikhtiar. Karena ada juga orang yang mencari rezeki dengan menggadaikan akhirat. Kadangkala, ada orang yang yakin kepada Allah tetapi tidak disempurnakan ikhtiarnya. Akibatnya, dia tidak berhasil untuk menjemput jatahnya sendiri. Demikian, ada juga yang tidak mencari rezeki dan tidak yakin akan jaminan Allah, inilah orang yang paling rugi. Na'udzubillahi min dzalik

 

Dalam menghadapi keadaan krisis ekonomi (keuangan), kita semua membutuhkan beberapa langkah untuk menghadapinya.

 

Lalu apa saja kiat yang dapat ditempuh?

 

1. Kita harus yakin bahwa yang membagikan rezeki adalah Allah Swt. Tidak mungkin Allah menciptakan kita tanpa jatah rezeki, masalahnya kita harus luar biasa mengerahkan segenap kemampuan untuk menggapai jatah kita.

 

2. Kita harus mulai meningkatkan keseriusan dalam bekerja. Lihatlah burung yang berangkat mencari makan dengan perut kosong dan berikhtiar dengan mengepakan kedua sayapnya dan akhirnya pulang dengan perut berisi makanan.

 

3. Kita pun harus bersedia mengevaluasi diri terkait sikap kita terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada kita selama ini. Mungkin saja kita selama ini malah menggunakan rezeki dari-Nya untuk yang hal yang sia-sia bahkan maksiat. Na'udzubillahi min dzalik.

 

4. Kita harus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, karena Allah yang diibadadi adalah yang membagikan rezeki. Firman Allah, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan jalan keluar baginya dan Dia akan memberikan rezeki kepadanya dengan tiada terkira. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia mencukupkannya." (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)

 

Percayalah, Allah Mahatahu kebutuhan kita daripada diri kita sendiri. Allah Mahakaya dan tidak mungkin lalai kepada hamba-hamba yang Dia ciptakan dan mau berikhtiar di jalan yang Allah sukai. Musibah dan kesulitan atau krisis adalah ladang kreativitas bagi kita. Mungkin saja melalui krisis yang kita alami, kita jadi tahu potensi diri kita yang sebenarnya, yang membuat kita semakin dekat kepada Allah Swt.

 

 

Keempat hal di atas berkaitan pula dengan cara Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya, yaitu:

 

1. Rezeki yang Dijamin oleh Allah

 

"Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya."  (QS. 11: 6)

 

Artinya Allah akan memberikan rezeki berupa kesehatan, makan, minum, dan keperluan hidup lainnya untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, atau lainnya.

 

 

2. Rezeki yang Merupakan Hasil Ikhtiar kita

 

"Tidaklah manusia mendapat apa-apa, kecuali apa yang telah dikerjakannya." (QS. 53: 39)

 

Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua jam itu. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan lebih banyak lagi. Tidak memandang apakah dia itu muslim atau bukan.

 

 

3. Rezeki yang Diberikan karena Kita telah Mensyukuri Nikmat-Nya

 

“... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. 14: 7)

 

Rezeki ini tidak diberikan ke semua manusia. Rezeki ini merupakan bentuk kasih saying Allah Swt. Orang-orang yg pandai bersyukur (setelah mendapatkan rezeki yang pertama dan yang kedua) maka akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak. Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yang dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah akan tambahkan selalu.

 

 

4. Rezeki yang Diberikan Khusus untuk Orang yang Bertakwa

 

".... Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”   (QS.65:2-3)

 

Rezeki yang ke empat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa mendapatkannya. Orang istimewa ini (muttaqun) adalah orang yang benar-benar dicintai dan dipercaya oleh Allah untuk memakmurkan atau mengatur kekayaan Allah di bumi ini.

 

 

Semoga penjelasan di atas dapat memotivasi kita untuk lebih giat bekerja dan beribadah, dan tidak panik menghadapi krisis.

 

Wallaahu a'lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Rukun Bai'ah dalam Amal Siyasi

  Pengembangan Arkanul Bai’ah dan Aplikasinya Keberimanan terhadap Islam sebagai agama samawi yang diturunkan Allah SWT memang sudah final. ...