Tahun depan diprediksi akan terjadi krisis. Dan itu semua
sudah banyak yang membahasnya, baik institusi resmi, pemerintah, maupun masyarakat
umum melalui chanel youtube, atau media-sosial.
Tentu saja muncul ketakutan dan kekhawatiran di kalangan
masyarakat. Karena krisis akibat pandemi saja belum berakhir sepenuhnya.
Bagaimanapun, ekonomi menjadi tumpuan utama setiap orang
dalam menopang kehidupannya. Sehingga mendengar akan ada krisis ekonomi, tentu
saja muncul ketakutan di tengah masyarakat.
Bicara ekonomi selalu saja dihubungkan dengan masalah rezeki.
Sehingga untuk menyikapi krisis ekonomi yang akan terjadi tahun depan (semoga
saja tidak), maka kita harus membenahi kembali pemahaman kita tentang rezeki.
Sesungguhnya, manusia diciptakan lengkap dengan rezekinya.
Hanya saja, kemudian manusia diberikan kewajiban untuk menjemputnya, bukan
mencarinya. Tidak mungkin Allah menciptakan perut, kecuali sudah dengan isinya
Firman Allah, "Dan tidak ada..sesuatu yang melata pun di bumi melainkan
Allah yang memberi rezekinya." (QS. Huud: 6)
Namun demikian, kita harus memahami bahwa menjemput rezeki
ini membutuhkan kegigihan dalam meyakini jaminan Allah dan juga butuh kegigihan
dalam menyempurnakan ikhtiar. Karena ada juga orang yang mencari rezeki dengan
menggadaikan akhirat. Kadangkala, ada orang yang yakin kepada Allah tetapi
tidak disempurnakan ikhtiarnya. Akibatnya, dia tidak berhasil untuk menjemput
jatahnya sendiri. Demikian, ada juga yang tidak mencari rezeki dan tidak yakin
akan jaminan Allah, inilah orang yang paling rugi. Na'udzubillahi min dzalik
Dalam menghadapi keadaan krisis ekonomi (keuangan), kita
semua membutuhkan beberapa langkah untuk menghadapinya.
Lalu apa saja kiat yang dapat ditempuh?
1. Kita harus yakin bahwa yang membagikan rezeki adalah
Allah Swt. Tidak mungkin Allah menciptakan kita tanpa jatah rezeki, masalahnya
kita harus luar biasa mengerahkan segenap kemampuan untuk menggapai jatah kita.
2. Kita harus mulai meningkatkan keseriusan dalam bekerja.
Lihatlah burung yang berangkat mencari makan dengan perut kosong dan berikhtiar
dengan mengepakan kedua sayapnya dan akhirnya pulang dengan perut berisi
makanan.
3. Kita pun harus bersedia mengevaluasi diri terkait sikap
kita terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada kita selama ini. Mungkin
saja kita selama ini malah menggunakan rezeki dari-Nya untuk yang hal yang sia-sia
bahkan maksiat. Na'udzubillahi min dzalik.
4. Kita harus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, karena
Allah yang diibadadi adalah yang membagikan rezeki. Firman Allah, "Barangsiapa
bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan jalan keluar baginya dan Dia akan
memberikan rezeki kepadanya dengan tiada terkira. Dan barangsiapa bertawakal
kepada Allah, niscaya Dia mencukupkannya." (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)
Percayalah, Allah Mahatahu kebutuhan kita daripada diri kita
sendiri. Allah Mahakaya dan tidak mungkin lalai kepada hamba-hamba yang Dia
ciptakan dan mau berikhtiar di jalan yang Allah sukai. Musibah dan kesulitan atau
krisis adalah ladang kreativitas bagi kita. Mungkin saja melalui krisis yang
kita alami, kita jadi tahu potensi diri kita yang sebenarnya, yang membuat kita
semakin dekat kepada Allah Swt.
Keempat hal di atas berkaitan pula dengan cara Allah memberi
rezeki kepada makhluk-Nya, yaitu:
1. Rezeki yang Dijamin oleh Allah
"Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yang
bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya." (QS. 11: 6)
Artinya Allah akan memberikan rezeki berupa kesehatan,
makan, minum, dan keperluan hidup lainnya untuk seluruh makhluk hidup di dunia
ini, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, atau lainnya.
2. Rezeki yang Merupakan Hasil Ikhtiar kita
"Tidaklah manusia mendapat apa-apa, kecuali apa yang
telah dikerjakannya." (QS. 53: 39)
Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang
dikerjakannya. Jika ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua jam itu. Jika
kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, maka ia
akan mendapatkan lebih banyak lagi. Tidak memandang apakah dia itu muslim atau
bukan.
3. Rezeki yang Diberikan karena Kita telah Mensyukuri
Nikmat-Nya
“... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. 14: 7)
Rezeki ini tidak diberikan ke semua manusia. Rezeki ini merupakan
bentuk kasih saying Allah Swt. Orang-orang yg pandai bersyukur (setelah mendapatkan
rezeki yang pertama dan yang kedua) maka akan dapat merasakan kasih sayang
Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak. Itulah Janji Allah! Orang yang
pandai bersyukurlah yang dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya
akan sangat sukses, karena Allah akan tambahkan selalu.
4. Rezeki yang Diberikan Khusus untuk Orang yang Bertakwa
".... Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
(yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.” (QS.65:2-3)
Rezeki yang ke empat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak
semua orang bisa mendapatkannya. Orang istimewa ini (muttaqun) adalah orang
yang benar-benar dicintai dan dipercaya oleh Allah untuk memakmurkan atau
mengatur kekayaan Allah di bumi ini.
Semoga penjelasan di atas dapat memotivasi kita untuk lebih
giat bekerja dan beribadah, dan tidak panik menghadapi krisis.
Wallaahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar