Rabu, 07 Desember 2022

Memahami Manusia dan Kehidupannya (1)

 



Tugas manusia hidup di dunia adalah beribadah. Allah Swt menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Sebagaimana firmanNya di surat Adz-Dzariyat ayat ke-56.

 

wa maa kholaqtul jinna wal insa illa liya'buduun”.

(Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk meyembah (beribadah) kepadaku)

 

Hidup di dunia bukan hidup sebenarnya, melainkan satu tahapan saja, sebelum mencapai hidup yang sebenarnya, di akhirat kelak. Dan, Bahagia tidaknya kita di akhirat, selamat tidaknya kita di akhirat, ditentukan oleh kualitas pelaksanaan tugas (ibadah) kita selama di dunia.

 

Sehingga, sudah seharusnya setiap kita memahami bagaimana bersikap dalam kehidupan di dunia. Yang pertama adalah bagaimana mensikapi masalah yang selalu datang silih berganti.

 

Hidup adalah masalah. Masalah adalah persoalan yang sering, bahkan selalu, kita hadapi. Dan, semua kita pasti inginnya tidak punya masalah. Padahal itu tidak mungkin alias mustahil.

 

Kenapa?

 

Karena yang namanya hidup ya … pasti selalu bertemu dengan masalah.

Kalau ga mau punya masalah, mending mati saja!’ Itu kalimat yang sering dilontarkan orang yang bosan mendengar curhatan orang yang punya masalah. Tapi ada benarnya kalimat itu. Artinya, kalau mau hidup, ya harus siap menghadapi masalah.

 

   Baca juga: Sosok Pemimpin Ideal


Hidup sama dengan masalah. Hidup adalah masalah. Jadi, masalah akan selalu menyertai setiap kita, ke mana pun, di mana pun, sedang apa pun, dan siapa pun kita. Rakyat kecil atau pejabat. Orang miskin atau miliyarder. Buruh kasar atau artis papan atas.

 

Bahkan ketika dulu, duluuuuu … sekali, saat kita masih berbentuk spermatozoa, yang disemburkan ayah kita, kita sudah dihadapkan dengan masalah. Kita harus berenang melewati lorong-lorong yang berkelok-kelok menuju rahim ibu kita. Yang jaraknya beratus-ratus kali ukuran ‘tubuh’ kita.

 

Selain harus berenang jauh, kita pun harus bersaing, adu cepat, dengan jutaan ‘kerabat’ kita. Kenapa harus adu cepat? Karena rahim ibu kita hanya menerima satu dari dari sekian juta peserta balap renang itu.

 

Berbahagialah. Karena kita ini adalah para juara yang dulu, duluuuu … sekali, mengalahkan jutaan pesaing kita.

 

Itu baru awal kehidupan. Tentu saja di kehidupan berikutnya, masalah-masalah akan selalu menyertai kita. Sejak kita lahir, setelah mendekam selama sembilan bulan di rahim ibu kita, si masalah pun sudah ‘menempel’ dalam kehidupan kita.

 

Ga usah dijelasin satu-satu, kan, masalah yang pernah kita hadapi sejak kecil dulu itu. Semua kita mengalami. Dari masalah remeh temeh sampai masalah yang kita anggap berat. Dan, ternyata kita berhasil tuh ngatasin masalah-masalah itu.

 

Hidup adalah masalah, hidup sama dengan masalah. Maksudnya, saat ketemu atau mendapat masalah (istilah yang tepat apa ya, ketemu atau mendapat?), keep calm wae, hadapi saja. Karena justru dengan adanya masalah itu, membuktikan bahwa kita hidup dan pasti sanggup menyelesaikan masalah tersebut.

 

Karena masalah bukan untuk dihindari. Cek saja arti masalah menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). KBBI menyebutkan masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan).

 

Ingat juga firman Allah Swt di ayat terakhir surat al-Baqarah yang menyebutkan, bahwa “Allah Swt tidak akan membebani kita dengan beban di luar batas kemampuan kita”.

 

Artinya, masalah (beban) yang kita hadapi, levelnya pasti ada dalam batas kemampuan kita, sehingga kita akan sanggup untuk menghadapinya dan menyelesaikannya.

 

    Baca juga: Menjadikan Krisis sebagai Sumber Motivasi


Hal kedua yang harus dipahami dan disikapi dengan benar adalah bahwa hidup itu adalah sebuah perlombaan.

 

Pernah lihat lomba panjat pinang?

 

Salah satu lomba yang khas, yang hanya ada di Hari Kemerdekaan. Sangat menarik menyaksikan beberapa orang bahu membahu (benar-benar menggunakan kekuatan bahu) mencoba meraih beberapa hadiah yang digantung di puncak pohon pinang.

 

Tentu saja tidak mudah sampai ke puncak, karena sebelumnya pohon pinang tersebut dikelupas dan dilumuri minyak. Sehingga menjadi licin. Dan, itu yang menjadi tantangan bagi peserta lomba, dan hiburan bagi yang menonton.

 

Perlombaan. Itulah hidup. Hidup adalah perlombaan. Bukan hanya untuk manusia, tetapi untuk semua makhluk hidup.

 

Anda tahu tidak?

Setiap pagi di Afrika sana, singa-singa berpikir bagaimana caranya berlari lebih cepat dari rusa, supaya hari itu mereka tidak kelaparan. Begitupun si rusa, dia pun berpikir bagaimana caranya berlari lebih cepat dari singa, supaya hari itu dia tidak menjadi santapan singa.

 

Chanel National Geography, episode Animal Wild, sering menayangan adegan perburuan sekelompok singa mengejar rusa, atau kuda. Sekilas ada rasa kasihan pada si rusa, bagaimana si singa menggigit tubuh si rusa dan merobek-robeknya dengan sadis.

 

Sekilas yang dilakukan singa itu perbuatan kejam, sadis. Tapi, itulah hidup. Sesuatu itu sudah ditetapkan menjadi mangsa bagi sesuatu yang lain. Mangsa dan pemangsa sama-sama berlomba.

 

Begitupun dalam kehidupan manusia. Walaupun tidak sampai mangsa-memangsa.

 

Ada tiga hukum alam (sunnah kehidupan) dalam hidup ini. yaitu, Sunnah Tanafus (Hukum Berkompetisi), Sunnah Tadafu’ (Hukum Tolak Menolak), dan Sunnah Tadawul (Hukum Pergiliran).

 

Nah, saling berlomba, berkompetisi, atau saling memangsa (kalau dalam kehidupan hewan), itu termasuk Sunnah Tanafus atau Hukum Berkompetisi. Artinya, setiap makhluk hidup tidak bisa lepas dalam mempertahankan hidupnya itu harus berkompetisi. Istilah kerennya mungkin Survival of The Fittest atau ‘siapa yang kuat maka dialah yang akan bertahan’.

 

Disadari atau tidak, kita setiap hari, bahkan dalam setiap rentang waktu tertentu, selalu ada dalam kondisi berkompetisi. Bahkan, Allah Swt pun menyuruh kita berlomba, berlomba meraih kebajikan, yang itu akan membuat kita lulus dari ujianNya.

 

Perintah berlomba dalam kebaikan atau Fastabiqul Khoirat itu ada di surat Al-Maidah ayat ke-48.

“…, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka BERLOMBA-LOMBAlah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua dikembalikan, ….”

 

Berkompetisilah dalam berbuat kebaikan, jangan mau kalah sama teman-teman kita dalam berbuat baik. Kita boleh kalah dalam perolehan harta, kita boleh ketinggalan dalam meraih prestasi atau jabatan. Tapi jangan kalah dalam berbuat kebaikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Rukun Bai'ah dalam Amal Siyasi

  Pengembangan Arkanul Bai’ah dan Aplikasinya Keberimanan terhadap Islam sebagai agama samawi yang diturunkan Allah SWT memang sudah final. ...